Konflik dan Integrasi Gerakan Aceh Merdeka

Dalam setiap negara di seluruh dunia selalu ada permasalahan (konflik) yang terjadi  pada negara tersebut. Segala bentuk permasalahan yang terjadi bukan hanya meliputi sistem pemerintahan, politik, ekonomi, budaya, dan adat istiadat saja melainkan suatu bentuk peperangan dan pertikaian pada suatu negara tersebut. Dalam suatu kasus misalnya peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina yang tak kunjung usai hingga sekarang. Hal ini merupakan hal yang sangat serius, oleh karena itu diperlukan perdamaian antara kedua belah pihak yang bertikai agar konflik segera berakhir. Di Indonesia sendiri terdapat konflik yang sangat serius, yang memicu terjadinya perpecahan dalam NKRI. Yaitu adalah Gerakan Aceh Merdeka atau yang biasa disebut dengan GAM, merupakan organisasi separatisme yang telah berdiri di Aceh sejak tahun 1976. Tujuan didirikannya GAM ini ialah agar Aceh dapat lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan membuat negara kesatuan sendiri dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam. Gerakan Aceh Merdeka juga dikenal dengan nama Aceh Sumatera National Liberation Front(ASNLF).
Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari sekelompok intelektual yang merasa kecewa atas model pembangunan di Aceh. Hal ini terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di bawah orang-orang Jawa. Kelompok intelektual ini berasumsi bahwa telah terjadi kolonialisasi Jawa atas masyarakat dan kekayaan alam di Aceh. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Aceh, Hasan Tiro mereproduksi gagasan anti-kolonialisasi Jawa. Gagasan-gagasan Hasan Tiro ini semakin memuncak setelah pemerintah orde baru mengeksplorasi kekayaan gas alam dan minyak bumi di Aceh Utara sejak awal 1970-an.
Munculnya kelompok GAM ditanggapi oleh pemerintahan orde baru dengan cara yang represif. GAM dipandang sebagai gerakan pengacau liar sehingga harus dibasmi. Dimasa orde baru, tidak ada toleransi bagi kaum pemberontak yang dapat menyebabkan instabilitas politik. Hampir tidak ada kebijakan orba yang mencoba untuk mengintegrasikan pihak-pihak yang memberontak, bahkan terhadap keluarga mereka sekalipun. Pendekatan militer menyebabkan terjadinya kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh, seperti penghilangan orang, pembunuhan, pemerkosaan, dan penculikan. Sedangkan Hasan Tiro, sebagai ketua kelompok GAM, diasingkan di Swiss dan baru saja kembali ke tanah air pada tahun 2008 kemarin.
Turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan, menandakan berakhirnya era orde baru. Berbagai upaya untuk meredam pemberontakan di Aceh masih terus diusahakan oleh presiden-presiden RI berikutnya. Sejak era presiden B.J. Habibie sampai dengan presiden Megawati telah mengupayakan berbagai kebijakan. Namun sayangnya kebijakan-kebijakan tidak berjalan secara efektif. Sampai akhirnya, pemerintah kembali menggunakan pendekatan militeristik untuk menyelesaikan masalah di Aceh.
Pada era Abdurrahman Wahid, jalur diplomasi sudah mulai diterapkan untuk mendamaikan hubungan antara Indonesia dan Aceh. Gusdur menggunakan upaya dialog damai, yang bernama Jeda Kemanusiaan I dan II. Namun jalur ini kembali tidak efektif, karena Gusdur terpaksa turun dari kursi pemerintahan sebelum masa jabatannya usai. Pada era Megawati Soekarnoputri, pemerintah kembali menggunakan pendekatan militeristik yang membuat semakin banyaknya korban-korban sipil yang berjatuhan dengan menjadikan Aceh sebagai daerah darurat militer. Dan sekali lagi pendekatan militer membuat Indonesia menjadi semakin jauh dengan GAM. Yang akhirnya membuat masalah separatisme ini menjadi semakin berlarut-larut.
Indonesia ini terbentang dari sabang sampai merauke, bukanlah hal yang mudah untuk menjangkau wilayah NKRI secara keseluruhan, oleh sebab itu keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia perlu dipertahankan sampai kapanpun agar keutuhan bangsa Indonesia tidak terpecah. Keaneka ragaman budaya dan adat istiadat pun perlu dilestarikan, karena tidak semua bangsa di dunia ini mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam seperti di Indonesia. Disisi lain perlu di ajarkan mengenai wawasan nusantara kepada para generasi muda supaya lebih mengenal secara keseluruhan letak wilayah NKRI ini.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan terpecahnya suatu wilayah. Faktor adu domba oleh pihak lain misalnya yang dapat memicu terjadinya perpecahan pada suatu wilayah, maka hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yaitu dengan membuat pertahanan dengan mengerahkan pihak yang berwajib untuk menjaga keutuhan wilayahnya masing-masing. Selain itu perlu ditanamkan lagi sikap moral akan cinta terhadap tanah air, semangat persatuan serta persaudaraan yang lebih erat lagi.
Negara Indonesia sudah terpecah dengan Timor Leste, jangan sampai Nangroe Aceh Darussalam pun ikut memisahkan diri dengan Indonesia. Maka daripada itu lindungilah seluruh wilayah yang ada di Indonesia ini. Buktikan pada seluruh dunia bahwa Indonesia ini adalah bangsa yang besar, bangsa yang hebat, dan bangsa yang kaya..

Daftar Pustaka

Komentar

Postingan Populer